Drs. H. Tumiran Genefo, M.H: “Saya Guru yang Suka Melempar Penghapus”

 

Drs. H. Tumiran Ganefo, MH. (Humas/Adi)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Manggar- Drs. H. Tumiran Genefo, M.H. memimpin Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sejak dilantik oleh Menteri Agama pada 18 Mei 2021 yang lalu. Di Lingkungan Kemenag Babel, beliau bukanlah figur baru. Sebelum dilantik sebagai Kakanwil, Pak Tum (begitu beliau biasa dipanggil) menjabat sebagai Kepala Biro Administrasi Umum, Akademik dan Kemahasiswaan (AUAK) IAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung. Pernah juga mengepalai beberapa bidang di Kanwil Kemenag Babel setelah menjadi guru di beberapa sekolah di Bangka Belitung.

Pada suatu siang yang cerah pada medio Januari lalu, Kasi Papkis Kemenag Belitung Timur, H. Isral, S.HI. berkesempatan mewawancarai beliau secara eksklusif. Dan, menuliskannya untuk kita.

 

Assalamualaikum. Apa kabar, Pak Kakanwil?

Waalaikumsalam wa rahmatullah. Alhamdulillah, baik.

 

Terima kasih atas ucapan selamat untuk peluncuran website papkis-kemenagbeltim.id tempo hari…

Oh, ya. Kami mengucapkan terima kasih kepada Kemenag Belitung Timur yang memiliki gagasan membuat web tersebut. Kami berharap dengan web yang dimiliki oleh Seksi Papkis Kemenag Kabupaten Belitung Timur dapat meningkatkan upaya memberikan pelayanan terhadap tupoksi, khususnya di bidang Papkis. Sekali lagi selamat kepada teman-teman semua. Ini menjadi pilot project, paling tidak di lingkungan wilayah Beltim. Dan, mengapa tidak, kalau hasilnya dahsyat, kabupaten yang lain pasti juga akan banyak belajar.

 

Ke depan, kami akan banyak minta bantuan Pak Kakanwil untuk kemajuan web tersebut…

Tentu. Pak Kasi Papkis tidak punya kekuatan apa-apa tanpa dukungan dari seluruh leading sector yang ada di Beltim. Karena itu kami berharap kepada Pak Kakankemenag agar terus diberi penguatan, pemahaman, energi untuk segera mewujudkan itu. Saya yakin, tentu, web ini pasti juga akan dilirik, dibaca, dan diikuti oleh bidang-bidang yang lain. Setidak-tidaknya proses berpikir dan cara kerjanya. Apalagi ini merupakan bagian dari program Kemenag, yaitu Transformasi Digital.

 

Tahun 2022 ini, apa program Kanwil Kemenag Babel?

Program kerja Kemenag Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2022 ini tentu mengoptimalkan, menerjemahkan Program Prioritas Gus Men atau Pak Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas, yaitu: Penguatan Moderasi Beragama; Transformasi Digital; Revitalisasi KUA; Cyber Islamic University; Kemandiran Pesantren; dan Religiosity Index.

 

Banyak yang mengapresiasi kerukunan beragama di Bangka Belitung. Tetapi survei BNPT tahun 2017 mengatakan bahwa Babel berada di peringkat 5 nasional dalam hal potensi radikalisme di dunia pendidikan.

Moderasi beragama adalah doktrinasi yang sangat panjang waktunya agar nilai-nilai moderasi yang ada di NKRI melahirkan pola bergandengan tangan dari seluruh komunitas, dari seluruh agama yang ada. Tetapi tidak saja bergandengan tangan di situ, namun bergandengan tangan juga untuk empat pilar kebangsaan sebagai harga mati.

Kami berharap kepada seluruh jajaran Kemenag di Provinsi Bangka Belitung untuk terus memboomingkan moderasi beragama ini. Memang iya, beberapa survei yang lalu memunculkan sebangsa kekhawatiran, ada sebangsa kegundahan kita sebagai orang tua. Saya yakin, dari segi ideologisnya, anak-anak kita di tingkat pelajar itu tidak berlebihan seperti yang di-statement-kan. Saya yakin itu hanya karena kurangnya pemahaman terhadap sisi kebangsaan. Itulah tugas kita. Kepada bapak/ibu guru di madrasah dan sekolah diharapkan terus memberi pemahaman yang konkret, yang komprehensif tentang bagaimana mengelola bangsa dan negara ini. Ini perlu terus disampaikan kepada anak-anak kita dengan pemahaman yang baik.

Mungkin ada pula beberapa masyarakat yang belum puas dengan pelayanan pemerintah. Anggap saja itu bagian dari kritik terhadap pemerintah. Mari kita sama-sama evaluasi demi perbaikan.     

 

Soal kemandirian pesantren. Di Beltim cuma ada satu pesantren, itu pun belum mempunyai Nomor Statistik Pondok Pesantren (NSPP). Apa masukan, Pak Kakanwil?

Berbicara tentang pola pengembangan peradaban/kebudayaan Islam, sekian ratus tahun yang lalu, saat pulau jawa dikuasai oleh kebudayaan Hindu dan Budha, muncullah Sunan Kalijaga yang punya ramuan atau metodologi pengajaran terhadap misinya. Beliau masuk ke wilayah peradaban yang kita lihat tidak sama dengan peradaban beliau sendiri, namun pada akhirnya masyarakat mengikuti peradaban yang beliau bawa. Apa yang menjadi unggulan? Itulah keteladanan dan prestasi. Hasil yang didapat, manfaat yang didapat oleh masyarakat itu. Apa pun metodologinya, apapun cara atau bentuk aksinya, kalau masyarakat tidak merasakan hasilnya, saya yakin itu adalah usaha yang sia-sia.  

Lalu posisi atau keadaan pondok pesantren kita. Saya yakin semuanya mesti dimulai dari yang kecil. Tidak bisa langsung lahir besar. Akan tetapi dari yang kecil inilah, kalau kita memang bisa berusaha semaksimal mungkin, bisa berkoordinasi, bisa menanamkan nilai-nilai seperti yang saya sebutkan tadi, yakinlah, pasti akan menjadi besar. Kita tidak boleh skeptis atau minder karena kita kecil. Kita perlu berjuang. Mari melihat orang-orang yang berhasil membawa komunitas (pesantren) menjadi besar. Kepada kawan-kawan yang ada di Belitung Timur, mari kita banyak menggali ilmu terkait dengan contoh-contoh yang mungkin sudah disajikan sejak sekian ratus tahun yang lalu. Belitung Timur mesti bergerak seperti Bangka Tengah, Bangka Barat, Bangka, dan Bangka Selatan. Di sana pada berjamuran mendirikan itu (pesantren), sehingga hampir tiap hari dilakukan survei kelayakan terhadap pondok pesantren. Ini merupakan perjuangan bagi Belitung Timur.   

 

Perlukah kiat-kiat membuat sebuah mata pelajaran jadi menarik, terutama mata pelajaran ke-Islaman yang diajarkan di pondok?

Saya lama jadi guru. Guru matematika lagi. Itu mata pelajaran yang menakutkan bagi banyak siswa. Tapi saya punya banyak cara agar pelajaran matematika menjadi tidak menakutkan. Saya suka bercanda di kelas. Saya perhatikan bila siswa-siswa sudah berkurang konsentrasinya, misalnya ada yang mengantuk atau mulai ngobrol kiri-kanan, saya akan melemparkan penghapus papan tulis di tangan. Namun penghapus itu dilemparkan ke atas, ke udara. Bukan ke siswa. Tapi sering juga penghapus itu ditangkap oleh siswa lain. Lalu suasana kelas menjadi riuh. Kembali ke keadaan yang segar untuk proses belajar-mengajar.

 

Pesantren kita akhir-akhir ini disorot karena tindak pelecehan. Sebutlah kasus Jawa Barat dan Sumatra Selatan yang jadi buah bibir. Di Babel, apa yang sudah dilakukan guna mengantisipasi terjadinya hal ini?

Kita melakukan tindakan preventif. Kita sudah mengeluarkan surat edaran kepada seluruh Kakankemenag untuk turun ke seluruh pondok pesantren. Turun untuk memahami sirkulasi para santri/santriwati di lingkungan pondok masing-masing. Seluruh Kakankemenag sudah membuat laporan kepada saya. Kalau pimpinan pondok mengatakan di dalam hati: “gara-gara nila setitik, rusak susu sebelanga; kerbau berkubang, semua kena lumpurnya,” kita harus bertanggung jawab memperbaiki diri kita di lingkungan pondok masing-masing. Sehingga yang sudah terjadi, proses hukum berjalan, (dan yang belum ada kasus) jangan menambahi kejadian yang berikutnya. Kepada pengelola pondok, pengelola lembaga-lembaga keagamaan, mari kita terus mengevaluasi diri sehingga kejadian di luar sana mudah-mudahan tidak terjadi di daerah kita.

 

Sekarang tentang PNS yang dituntut profesional. Bagaimana Pak Kakanwil melihat PNS yang aktif di organisasi masyarakat?

Dari segi regulasi, saya menganjurkan untuk mencari ormas yang mendukung keprofesionalan PNS. Bukan Parpol yang memang tidak boleh. Saya berharap kepada insan Kemenag, masih banyak waktu untuk menambah ilmu, menambah layanan pengabdian melalui ormas. Saya sangat mendukung. Hanya saja ormas yang diikuti adalah ormas yang sejalan. Dan tidak ada yang tidak sejalan. Ormas yang tidak sejalan sudah dibubarkan. Saya merasa bangga kalau ASN, insan Kemenag, bergabung dengan ormas-ormas yang sejalan dengan pemerintah untuk meningkatkan kualitas layanan terhadap masyarakat. Sehingga ASN kita sukses sebagai ASN, sukses pula di ormas, saya yakin mereka akan jadi orang terpandang. Bagus juga bagi kariernya yang akan datang. Ya, mungkin setelah pensiun ada yang ingin menjadi wakil rakyat. Wakil rakyat itu macam-macam. Ada DPR, bupati, wakil bupati, silakan. Kami sangat mendukung.

 

Sumber: RRI.co.id

 

Apa pesan Pak Kakanwil, sebagai orang tua, terhadap ASN Kemenag?

Saya ingin memberikan pesan terhadap seluruh ASN ataupun insan yang ada di Kemenag. Saya takut nanti ada kalimat-kalimat yang terlihat ujub, tetapi tidak. Seluruh saudaraku insan ASN Kemenag se-Bangka Belitung, saya merintis karier itu tidak pernah berpikir untuk menjadi seorang Kakanwil. Tidak pernah. Tidak pernah terbersit untuk menjadi seorang Kakanwil. Saat menjalani karier, mulai dari guru, yang paling penting adalah memberikan pelayanan yang baik di seluruh lingkungan kita. Pelayanan yang baik itu tidak saja instan tetapi dari hati sampai pikiran, sampai perbuatan. Tidak perlu sanjung-menyanjung, tidak perlu mencari-cari perhatian dan lain sebagainya. Tukus dan ikhlas. Mungkin dari sisi itu, lingkungan kita memperhatikan kita. Pada akhirnya iya, tanpa intervensi dan lain sebagainya dari guru sampai menjadi Kakanwil ini, rasanya itu adalah biasa-biasa. Tidak ada yang benar-benar dikejar (hingga seperti) menggunakan pesawat jet pribadi. Hadir seperti mimpi padahal itu sebuah kenyataan. Mungkin pola ini perlu saya sampaikan dengan semua yang ada di Kemenag. Lalu, setelah melepaskan apa yang kita miliki, hendaklah ikhlas. Tidak usahlah punya tendensi, harapan untuk kembali lagi ke diri kita. Apa pun bentuknya. Apakah senyuman, sampai ke materi. Saya yakin kalau itu sudah betul-betul menjadi pola lirikan kiri-kanan, banyak orang ke sekian seperti saya di Provinsi Bangka Belitung ini.(Papkis/irl)

Komentar

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments